Description

"Who you are, depends on what do you think about GOD and yourself."

#KotakAjaib
Copy-Paste boleh, asal cerdas! Jangan lupa cantumkan sumbernya ya...
http://tanpa-inspirasi.blogspot.com/

Sunday, September 11, 2016

Dua Belas Jam di Taipei

PROLOG
Memang apapun yang di awal selalu bikin excited, termasuk ini. Living abroad for my first time membuat aku haus akan pengalaman-pengalaman baru. So, how about traveling?

Menanggapi komplotan baru Travelmate NCU yang berencana berangkat ke Taipei kemarin, kami merealisasikan apa yang kami sudah cetuskan. Pak Tri, mas Yoga, mas Maystya, mas Raviqul, mas Ervin, mbak Desy Putma, mbak Ruri, Elsya, dan juga aku. Sembilan orang, pagi itu kami menunggangi bus menuju Zhongli Bus Station, sebelum kami berjalan menuju Zhongli Train Station, dan memulai sejam perjalanan menuju Taipei Main Station.

Zhongli Train Station
 Taipei, katanya sih kota sibuk di Taiwan...

Jujur saya sebenernya masih capek untuk menulis cerita kemarin, tapi apa mau dikata, sebelum ceritanya mengendap dan tak pernah lagi mencuat ke permukaan, maka jari ini pun bergerak dengan sendirinya di atas rabaan tuts keyboard laptop.

Shake nih fotonya, maaf sambil jalan. Ini penampakan jalur "paling lengang" di TMS
Pengamen di sana keren-keren, ga cuma gitar aja kaya di Indonesia (ini bisa jadi inspirasi pengamen tanah air), dari mulai biola sampai pianika bisa jadi alatnya. Tuh, timingnya pas ada anak kecil kasih recehan.
Dugaanku benar, memang sibuk. Meski belum sesibuk (katanya) New York dan Tokyo, dengan sebutan lautan manusianya. Di sini ternyata sama saja, TMS (Taipei Main Station) memegang peran penting di alur perhubungan Taiwan bagian utara. Orang berlalu lalang, kesana kemari dengan tujuan masing-masing. Saat melihatnya ingin sekali aku menggubah sebuah puisi, tapi urung kulakukan karena memang sedang perjalanan (ini alay). Yes, people come and go for their own aims.
Tak ada yang memedulikan kami ber-9 yang lewat bergerombol. Sampai pada akhirnya mbak Desy Putma berpisah dengan kami untuk bergabung bersama dengan temannya. Kami meninggalkannya di depan Mushalla (Muslim Prayer Room sign di salah satu lantai dekat loker-loker koin).

Mampir Makan dan Pipis di National Taiwan University (NTU)
Ini agenda pertama kami, tapi bukan yang tertulis di judul yang sebenarnya kami tuju. Kami hanya ingin melihat seberapa besar sih National Taiwan University of Science and Technology (NTUST, yang biasa dibaca singkat entus), yang banyak dibanggakan oleh mahasiswa Indonesia itu. Oke, kami turun di stasiun kereta dekat NTU (kalo nggak salah namanya Gong Guan). Berjalan beberapa langkah, menyeberang jalan dan mendaftarkan Easycard kami di loket mandiri U-bike (dibaca: Yu baik). Setelah semuanya terdaftar, kami segera mengambil sepeda dari parkiran masing-masing, dan cusss...

"Eh mas, emang NTUST jauh banget ya?"
"Iya, sebenernya bukan NTUST-nya yang jauh. Cuma NTUST itu ada di area NTU. Dan area NTU-nya lah yang luas."
"Oh ya? NTUST di dalem area NTU? Berarti semacam PENS dan PPNS di area ITS gitu dong ya?"
"Nah, bener!!!"

Seperti itulah kira-kira percakapan kami di perjalanan menggunakan U-bike. Bisa dideskripsikan NTU itu luas, luas banget (kayanya lebih luas dari NCU, padahal NCU aja udah bikin capek kalo mesti jalan kaki dan sepedaan kalau berkeliling). Gerbang depan NTUST menjadi korban pertama kami jepret-jepret.

Belum sempet gaya yang pas, mas Maystya udah jepret aja. But, it's okay...
Oke, perjalanan berlanjut ke kantin NTUST. Inilah lebihnya, meski kecil areanya dia punya kantin pusat. Di sini makanan dihitung berdasarkan beratnya, dan kita membayar berdasarkan kuantitas gram yang kita makan. Relatif murah kok, telur rebus, oseng taoge, nasi, dan satu gorengan tepung lumayan lebar cuma NT$ 31. Relatif murah dibanding warung Vegetarian dekat food street NCU yang mematok kisaran NT$ 50 untuk sekali makan dengan lima lauk berbeda.
Kami bertemu banyak orang Indonesia di sana, tapi anehnya..... mereka tak saling sapa.

"Banyak sih mahasiswa Indonesianya, tapi ya gitu, banyak juga yang ga saling kenal. Nggak kaya kita, yang nyampah barengan mulu kemana-mana."
"Hoo, gitu ya mas..."

"Otomatis aktif juga dong PPI-nya?" tanyaku pada mas Yoga.
"Ya, acara mereka bagus kok. Banyak resource pasti ada plus minusnya lah..." jawabnya.

Setelah sholat Dhuhur di musholla NTUST, kami melanjutkan perjalanan dengan U-bike lagi mengelilingi NTU, yang memang luas. Karena tak menemukan plang depan yang bertuliskan NTU, kami berfoto di depan (semacam) gedung Rektoratnya.

Here we are...(mas Maystya ga mau lepas dari sepeda)

Ciyeee... sok candid

Kata doi sih di foto ini aku ganteng banget :3
Chiang Kai Shek Memorial Hall and My Twin
Yeah, dan roda ini berputar lagi sampai ke dekat stasiun kereta api. Perjalanan kami hari ini berlanjut ke Chiang Kai Shek Memorial Hall ini museum founding father-nya Taiwan. Dia yang dianggap pengkhianat di negeri Tiongkok ternyata justru dianggap sebagai pahlawan di Taiwan. Ya ya ya... Memang pahlawan dan teroris adalah dua hal berbeda dengan sudut pandang yang berbeda pula. Tergantung dari relativitas tempat, ruang dan waktunya. Bisa jadi kamu adalah pahlawan bagi keluargamu dan orang-orang yang tahu tentang dirimu sepenuhnya dengan berbagai perjuanganmu meraih apa yang saat ini kau genggam. Tapi siapa yang tahu jika bagi orang lain kau adalah "penjegal" langkahnya, atau justru "penghambat" rejekinya. Relatif bukan? Untuk itulah Allah menciptakan sifat "ikhlas" dan "tawakkal", biarlah orang lain bilang apa, selama tak melakukan kesalahan kita "bebas".
Oh iya, back to topic, for your information jalan-jalan kali ini yang jadi tour guide utama kami adalah mas Yoga sang ketua PPI NCU sendiri. Kebetulan di depan Chiang Kai Shek sedang ada festival entah apa, dan aku menemukan penampakan kembaranku (sejak SMP, gara-gara buletku ngga ketulungan, aku dipanggil Doraemon).

Ini pintu masuk utama dari Chiang Kai Shek (CKS) Memorial Hall

Gedung tempat patung perunggu CKS bersemayam, di mana tiap sore akan ada upacara pergantian penjaga di sana

Nah kebetulan di minggu-minggu ini ada entah festival apa, ada "kembaranku" di pelataran CKS Memorial Hall

Tuh, tahu doraemonnya terbuat dari apa? Kincir angin polimer (plastik)

Pintu "keren" di CKS Memorial Hall

Oke, ini kami (dari kiri) mas Raviqul, mas Maystya, mbak Ruri, dan aku

Yeay, foto di depan kembaranku, (depan) aku dan Elsya,
(tengah dari kiri) mas Ervin, mas Maystya, mas Yoga, (belakang) mas Raviqul

Ini ngga usah diperkenalin lagi kan ya?
Chiang Kai Shek membawa satu quote penting:
"Sudah lah, lupakan masa lalu. Ngapain abis dari sini ke Sun Yat Sen Memorial Hall lagi? Capek!!! Karena sejarah itu cuma masa lalu, kita perlu move on."
Sebenarnya quote ini adalah pembenaran dari salah satu orang yang sudah capek cuma jalan lihat peninggalan sejarah lagi. Karena awalnya tujuan kami (saat belum tahu kalo Sun Yat Sen juga museum) adalah ke sana.

Syntrend vs Guang Hua, Mirip Hi Tech Mall vs Plaza Marina
Kaki kami melangkah keluar dari stasiun Zhongxiao Xinsheng dan menuju dua tempat yang tersemat di judul. Karena hari hujan, payung kami kembali berguna kali ini. Berjalan-jalan menyusuri kompleks pertokoan alat elektronik dari mulai penjual kaki lima sampai mall dengan gedung bertingkatnya. Di area kaki lima sini lah yang aku merasa "ooh", bayangkan!!! Drone yang sebegitu mahalnya (meski pesan via online pun) di sini dijual di area kaki lima. Oh meeen... please!!!
Melihat-lihat jajaran alat elektronik dari hape sampai laptop cukup memanjakan mata. Apalagi cowok-cowok penggila electronic device keluaran terbaru dan juga para gamers (salah satunya mas Maystya). Ya, di sini pusatnya, atas rekomendasi dari mas Rian.

NET Fashion: Gagal Cari Celana Pendek dengan Red Tag
Ini harusnya sih off the record aja, tapi nggak papa, dimasukin aja judulnya. Intinya di sini aku gagal dapet celana pendek karena merasa celananya kependekan. "Masa' iya aku pake celana gemes jauh di atas lutut?" meski memang banyak cowok pakai gitu di sini dan pede.

Ximen Pedestrian Road
Ini turunnya di deket stasiun Sun Yat Sen Memorial Hall. Lalu apa yang kami cari di sini? Ini dia, kita tampilkan...
Kami ber-8 makan "sesuatu yang jarang ada tag Halalnya" di sini (pemilik warungnya rada shake)

清真中國牛肉麵食館 (pinyin: Qīngzhēn zhōngguó niúròu miànshí guǎn,
dan sering cuma disingkat "niúròu miàn") intinya adalah masakan pakai daging sapi halal

Tuh, ada tag halalnya
Penghujung Perjalanan dan Toko Souvenir China
Sekembalinya kami dari kekenyangan 牛肉麵 tadi, kami segera kembali menuju TMS. Di sinilah pengalaman lain terjadi lagi. Harapan sholat Maghrib berjamaah hampir pupus karena petugas kebersihan melarang kami untuk wudhu di toilet terdekat dari mushalla yang ada di TMS. Yah, ada dongkol sih ya, tapi selalu ada jalan bagi hamba-Nya yang berniat baik.
Setelah sholat Maghrib-Isya' dengan jama' qasar ta'khir dengan imamnya adalah bapak kami semua, pak Tri Wijaya, akhirnya kami menuju ke lantai di mana pencarian jalan keluar menuju pemberhentian bus. For your information sekali lagi, seharusnya kami pulang naik kereta lagi bareng mas Elsa dan mbak Kartika (mereka semua mahasiswa Civil Engineering NCU), akan tetapi secara mendadak mereka mengabari jika sudah berada di atas bus menuju NCU. Hooo, I see...
Di lantai dasar TMS kami menemukan satu tempat unik bernuansa China, di sini dijual pernak pernik murah dari mulai NT$ 15 sampai NT$ 100. Di mana aku yang memang mencari wadah koin di sini membeli kantung kecil seharga NT$ 25, juga pak Tri tak mau ketinggalan, beliau membeli "kucing selamat datang dan juga gantungan pintu.

Ini tokonya, ejaannya apa? Aku kurang paham, karena Chinese language baru akan kudapatkan semester ini
Akhirnya kami berjalan lagi untuk menemukan pemberhentian bus menuju Taiwan Bus Station. Terus, yakin cuma jalan? Tentu tidak, karena pengamatan situasi malam di Taipei tak boleh terlewatkan.

Pemandangan malam Taipei dari salah satu sudut lampu merah dekat TMS

Orang menyeberang sesuai jalurnya (zebra cross)
Di pemberhentian bus menuju Zhongli Station (yang harus dilalui sejam perjalanan) kami lelah, kaki sudah pegal berjalan seharian. Lebih dari dua belas jam kami berjalan-jalan di kota ini. Melirik satu toko andalan (kata mas Yoga) dengan milk tea yang enak dengan bubble-nya (ini mirip Chatime kesukaan cewek-cewek gaul East Coast Pakuwon City, Surabaya). Dengan patokan harga NT$ 35 kami sudah bisa meneguk kesegaran dan ke"manis"an dari milk tea dengan bubble unyu yang lengket dan legit di mulut.

Si manis dalam genggaman :9
Lalu setelahnya, kami mengantri untuk masuk ke dalam bus nomor 1818 dari Taipei Bus Station menuju Zhongli Bus Station.
"Ojok sampek ya, antrian yang boleh naik kepotong di aku, gak lucu pol!" kelakar pak Tri memecah keheningan antrian kami.

~Off the record setelahnya, karena mata sudah tak mampu menahan barbel yang tergantung di kelopaknya~

Intinya kami sampai di NCU pukul sebelas malam, lalu apa? TIDUR...

EPILOG
Yah, perjalanan kali ini singkat, sampai kusebut ini short trip di notes handphone-ku. Ya karena memang singkat, tapi tetap saja: banyak pengalaman baru di sini.
See you!!!

No comments:

Post a Comment

Budayakan comment di setiap situs yang anda kunjungi...
Untuk memulainya, silakan dibiasakan di dalam blog Pujangga Tanpa Inspirasi!!
Terima kasih, Thank You, Gracias, Merci, Syukron, Matur Suwun...

Wanna support???